BAB II

PENGARUH INTERAKSI SOSIAL TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL DAN KEBANGSAAN

MINGGU : KE – 12

MATERI : MOBILITAS SOSIAL

Assalamualaikum Wr. wb

Selamat Pagi anak-anak, setelah kalian melaksanakan Tes Penilaian Tengah Semester dan Mengikuti Remidi, kalian bisa mengukur sendiri apakah kalian bisa menyerap materi yang ibu sampaikan dengan baik, dan sudahkah kalian belajar dengan maxsimal ?

Bagi kalian yang nilainya belum memuaskan, untuk pembelajaran selanjutnya ibu harapkan kalian  lebih rajin lagi dalam belajar, manfaatkan waktu stay at home kalian dengan sebaik mungkin.

Pagi ini kita belajar Bab II. Pengaruh Interaksi Sosial terhadap Kehidupan Sosial dan Kebangsaan

Pengertian Mobilitas Sosial

Pernahkah kamu berpikir mengapa terdapat kesenjangan sosial di sekitar kita? Mengapa ada perbedaan posisi sosial antara si kaya dan si miskin? Mengapa sebagian besar individu berlomba-lomba untuk mengubah taraf kehidupannya untuk mendapatkan tempat terhormat dimata masyarakat? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terjawab melalui konsep Sosiologi yang dikenal dengan istilah mobilitas sosial.

Realitanya pada masyarakat kita terdapat suatu sistem yang dikenal dengan istilah hirarki sosial, adapun hirarki sosial itu sendiri dapat kita ibaratkan sebagai tangga, terdapat individu-indivudu tersebar di tingkatan tangga, ada yang sudah berada di tangga atas dan ada yang masih di tangga bawah, ada pula yang berada di tengah sedang berusaha untuk berpindah posisi ke puncak tangga.

Nah, para individu/kelompok yang melakukan upaya perpindahan posisi sosial disebut dengan istilah mobilitas sosial.

Secara alamiah, sebagian besar individu berlomba-lomba merubah posisi sosialnya dan mencapai puncak hirarki sosial, tujuannya bisa bermacam-macam: ada yang ingin mendapatkan pengakuan oleh masyarakat luas (status sosial), ada yang ingin keluarganya dihormati, dan lain sebagainya. Apapun tujuannya, kegiatan tersebut merupakan bagian dari mobilitas sosial.

Nah, penting diketahui, mobilitas sosial bukan hanya mengenai hasil perpindahan posisi sosial menjadi lebih tinggi namun bisa menjadi lebih rendah (mobilitas sosial vertikal), ada pula orang yang berpindah posisi sosial namun tetap berada pada level/derajat yang sama (mobilitas sosial horizontal). Contoh lebih lanjut akan dijelaskan pada bagian bentuk dan contoh dari mobilitas sosial ya.

Ilustrasi: Masyarakat yang sedang melakukan mobilitas sosial
Sumber gambar: medicaldaily.com

Adapun kemampuan seseorang untuk berpindah posisi sosial sangat ditentukan oleh modal ekonomi, sosial dan budaya. Bagi anak yang berasal dari keluarga mampu, bersekolah di universitas ternama dan mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi mungkin adalah hal yang mudah, namun bagi anak yang bukan berasal dari keluarga berada, bersekolah hingga tingkatan universitas mungkin hanyalah sekedar angan-angan karena keluarganya hanya mampu membiayai ia hingga jenjang SMP.

Bentuk dan Contoh Mobilitas Sosial

  1. Mobilitas Sosial Vertikal

Pernahkah kamu mendengar ada berita yang cukup viral di Indonesia mengenai kisah perempuan berprestasi bernama Raeni yang merupakan anak tukang becak? Raeni yang bukan berasal dari keluarga berada dan terpandang di Semarang berhasil dikenal orang sebagai wisudawan terbaik di Universitas Negeri Semarang dengan IPK 3.96. Tak selesai disitu, ia kemudian melanjutkan studi S2 dan S3 melalui beasiswa LPDP di Universitas Birmingham di Inggris.

Kisah hidup Raeni dengan jelas menggambarkan adanya fenomena mobilitas sosial vertikal ke atas / naik. Raeni berhasil mengubah posisi sosial dirinya serta keluarganya menjadi lebih baik dibandingkan keadaan sebelumnya dengan segala keterbatasan ekonomi yang ada. Meskipun ayah Raeni berpendidikan rendah dan berprofesi sebagai tukang becak namun Raeni mampu menempuh jenjang pendidikan tertinggi berkat usaha dan kerja kerasnya hingga akhirnya Raeni mampu berprofesi sebagai dosen.

Anak tukang becak yang hidup sukses mengalami mobilitas sosial vertikal ke atas
Sumber gambar: i.ytimg.com

Beralih ke contoh selanjutnya, masih ingat mantan ketua DPR RI, Setya Novanto yang terbukti bersalah dalam kasus korupsi e-KTP? Karena kasus korupsinya tersebut ia dijatuhi hukuman 15 tahun penjara, denda 500 juta dan dicabut hak politiknya selama 5 tahun oleh pengadilan. Hal yang dialami Setya Novanto dapat kita sebut sebagai mobilitas sosial vertikal ke bawah / turun. Dalam hal ini, Setya Novanto telah berpindah posisi sosial menjadi lebih rendah dibandingkan keadaannya sebelumnya. Ia yang sebelumnya memiliki jabatan terhormat sebagai ketua DPR kemudian berubah menjadi seorang narapidana dan kehilangan status sosialnya di mata masyarakat.

Masih berkaitan dengan mobilitas sosial vertikal, ada yang disebut sebagai mobilitas intragenerasi dan mobilitas antargenerasi. Penjelasannya sebagai berikut:

  • Mobilitas intragenerasi adalah perpindahan posisi sosial seseorang yang terjadi dalam satu lingkup generasi. Jadi, dampak dari perpindahan posisi yang terjadi hanya dirasakan oleh individu itu sendiri. Contohnya, seorang siswi SMA yang naik kelas berarti ia telah melakukan mobilitas intragenerasi naik. Sebaliknya siswi SMA yang nilainya jelek dan turun kelas telah melakukan mobilitas intragenerasi turun.
  • Sedangkan mobilitas antargenerasi adalah perpindahan posisi sosial seseorang yang memiliki dampak lintas generasi. Jadi dengan kata lain, perpindahan posisi sosial seseorang berpengaruh besar dalam menaikkan atau menurunkan posisi sosial orang lain yang berbeda generasi. Kisah Raeni yang berhasil berprofesi menjadi dosen dan meningkatkan derajat keluarganya meskipun ayahnya berprofesi sebagai tukang becak merupakan contoh mobilitas antargenerasi naik. Adapun pada kisah Setya Novanto, seorang pejabat yang dipenjara karena kasus korupsi, merupakan contoh mobilitas antargenerasi turun. Keluarga dan anak dari Setya Novanto yang sebelumnya dipandang terhormat oleh masyarakat berubah status sosialnya menjadi lebih rendah dimata masyarakat luas.

 

  1. Mobilitas Sosial Horizontal

Dalam mobilitas horizontal, perpindahan posisi sosial individu tidak menjadi lebih tinggi ataupun lebih rendah, melainkan sejajar seperti pada posisi sosial sebelumnya. Itulah mengapa dikategorikan horizontal.

Sebagai contoh, seorang guru SMA dipindah tugaskan dari Bandung ke Jakarta. Guru tersebut tergolong mengalami mobilitas sosial horizontal karena ia hanya berpindah tempat kerja namun tidak berpindah posisi sosial. Ia tidak mengalami perubahan jabatan menjad lebih tinggi atau rendah dibandingkan sebelumnya

Lebih jelasnya perhatikan video Pembelajaran dibawah ini !

Bagaimana anak-anak, sudah mengerti apa yang dimaksud dengan mobilitas sosial ?

Ok, kita lanjutkan pada pertemuan minggu depan, tetap semangat, tetap sehat dan tetap belajar meskipun dari rumah.

Assalamualaikum Wr.wb.

Leave a Reply